Selain cerita rakyat Bledug Kuwu mengenai asal usulnya, terdapat pula kisah lainnya yang diyakini oleh masyarakat sekitar, yaitu kisah Asal Usul dari Jaka Linglung.
- Cerita Bledug Kuwu, Asal Usul Jaka Linglung
Setelah beberapa waktu Prabu Dewa Cengkar menjelma buaya putih di laut selatan, Aji Saka pun menguasai kerajaan Medhangkamulan. Aji Saka menjabat menjadi seorang raja yang memiliki kepribadian bijaksana, arif, dan mendahulukan kepentingan rakyat.
Hingga pada suatu hari, Aji sedang berjalan di sebuah desa dan Ia pun melihat sekumpulan gadis yang sedang menumbuk padi menggunakan alu dan lesung. Dari sekumpulan gadis-gadis tersebut, Aji Saka melihat seorang gadis yang sangat cantik. Lantas saja, Aji Saka jatuh cinta pada gadis tersebut.
Baca Juga: Legenda Bledug Kuwu dan Kesongo
Ketika gadis tersebut sedang menumbuk padi, tiba-tiba kain jarik yang dipakainya tersingkap dan menampakkan betisnya. Pemandangan tersebut membuat Aji Saka memiliki nafsu yang besar dan menteskan air maninya di tanah dan dipatuk seekor ayam.
Berdasarkan dari cerita rakyat Bledug Kuwu, Dikisahkan bahwa selang beberapa waktu tersebut, ayam itu pun bertelur. Namun, bukannya itik yang keluar, melainkan seekor ular besar. Sepanjang di badan ular bertuliskan “putrane Aji Saka” menggunakan huruf Jawa. Ia pun bisa berbicara layaknya manusia dan mencari ayah kandungnya.
Pemilik ayam tersebut pun mengantar si ular ke kerajaan. Aji Saka yang mengetahuinya pun lantas terkejut. Namun sebagai seorang raja yang bijaksana, Aji Saka pun mengakui ular tersebut sebagai anak, akan tetapi dengan syarat bahwa ia bisa membunuh buaya putih di laut selatan. Sang ular itu pun menyanggupi syarat Aji Saka dan berangkat ke laut selatan.
Terjadi perkelahian hebat antara ular dengan buaya putih, yang mana di menangkan oleh sang ular. Ketika akan pulang dari laut selatan menuju Medhangkamulan, ular tersebut merasa bingung. Saat melongokkan kepalanya, ternyata ia baru saja sampai di Kuwu. Dikisahkan cerita rakyat bledug Kuwu, sang ular pun berujar “Besuk rejane jaman, di daerah ini akan ada sumber garam, yang dijadikan mata pencaharian warga di sekitar.”
Ular itu pun melanjutkan perjalanannya dan melongokkan kepala di Jono dan yang ke tiga di Crewek. Hingga yang ketiga kalinya belum sampai juga di tempat tujuan, sang ular pun menangis dan meneteskan air mata. Kedua tempat tersebut pun juga menghasilkan garam. Wilayah Crewek garamnya terlihat lebih kemerahan karena diyakini disebabkan air mata sang ular.
Ketika sang ular sampai di kerajaan Medhangkamulan, Aji Saka menerima ular tersebut sebagai puteranya dan diberi nama Jaka Linglung. Sejak saat itu pula Jaka pun tinggal di kerajaan Medhangkamulan bersama ayahnya.
Itulah, cerita rakyat Bledug Kuwu mengenai asal usul Jaka Linglung. Semoga kisah di atas dapat bermanfaat dan memberikan informasi untuk kamu.