Sebenarnya ada salah satu destinasi wisata yang patut Anda kunjungi ketika berada di wilayah Grobogan Jawa Tengah. Sebuah fenomena alam yang tersohor dan menyedot perhatian wisatawan yaitu lumpur bledug kuwu. Obyek wisata satu ini memang terkenal unik dan lokasinya ada di Desa Kuwu, Kradenan sekitar 30 km timur Purwodadi. Saat menjelang siang, banyak pengunjung yang datang bergantian untuk mengunjungi wisata unggulan ini lho.
Bagaimana Cerita Bledug Kuwu Berdasarkan Legenda?
Bledug Kuwu merupakan sebuah fenomena gunung api dari lumpur yang kejadiannya mirip dengan banjir lumpur Sidoarjo. Sebenarnya fenomena Bledug Kluwu sudah terjadi sejak zaman kerajaan Mataram Kuno. Berdasarkan legenda turun temurun yang beredar di masyarakat, Bledug Kluwu terjadi karena munculnya lubang yang menghubungkan Laut Selatan dengan tempat tersebut. Unik bukan?
Baca Juga: Hotel Sekitar Bledug Kuwu
Konon katanya lubang tersebut merupakan jalan pulang dari Joko Linglung dari Laut Selatan menuju Medang Kamulan yang tak lain sebuah kerajaan. Setelah Joko Linglung berhasil mengalahkan Prabu Dewata Cengkar yang berubah menjadi buaya putih, kemudian Joko Linglung membuat lubang tersebut. Joko Linglung bisa membuat lubang itu karena bisa menjelma menjadi sebuah ular naga yang diakui sebagai anak Raden Ajisaka.
Proses Munculnya Lumpur Bledug Kuwu Berdasarkan Ilmu Sains
Bagaimana proses terbentuknya Bledug Kluwu jika ditinjau dari sains? Bledug Kluwu terjadi karena adanya sebuah tekanan gas dalam bumi yang mampu mendorong batuan. Bledug Kuwu sendiri sebenarnya berada dalam Zona Randublatung yang memiliki morfologi datar dan endapan alluvial. Daerah itu juga memiliki jalur sesar yang memungkinkan adanya tekanan gas dalam bumi. Endapan alluvial itu berada di Zona Randublatung dengan struktur batuan lunak.
Nah, hal itulah yang menyebabkan tekanan gas dari bumi mudah keluar dari dalam sehingga terbentuklah lumpur. Selain itu, Bledug Kluwu juga dijuluki sebagai garis pantai purba. Apa itu garis pantai purba? Sebelum abad ke-17, Pulau Jawa dan lereng Gunung Muria dipisahkan dengan sebuah selat dalam. Setelah abad berakhir, Selat Muria dikabarkan semakin dangkal sehingga tidak dapat dilalui oleh kapal.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh Orsoy de Flines mengasumsikan bahwa air laut Selat Muria terperangkap. Lama kelamaan air laut tersebut menyerap di kawasan Bledug Kluwu. Hal inilah yang menyebabkan Bledug Kluwu mengandung gas yang mematikan. Gas tersebut berwarna putih yang baunya sangat menyengat mirip telur busuk. Berdasarkan informasi lokasi, gas bledug kluwu tergolong hidrogen sulfida yang didalamnya terkandung belerang.
Semenjak adanya lumpur bledug kuwu, masyarakat sering memberikan sesajen berupa pisang raja pria. Sedangkan untuk perempuan perlu menyediakan kapur sirih, air putih, dan bunga setaman. Pengunjung yang nantinya melakukan ritual perlu menjalankan keinginan para leluhur untuk mendiami tempat itu.